Rabu, 13 Mei 2020

Uniknya Candi Batu Kebayan (Candi Jepara) OKU Selatan


Di sebuah tempat di pinggiran danau Ranau, tepatnya di Desa Jepara, Kecamatan Buay Pematang Ribu Ranau Tengah, Kabupaten OKU Selatan, terdapat salah satu dari peninggalan lama yang kini teronggok tak bertuan. Candi Batu Kebayan namanya, yang kini sesuai namanya, hanya berupa reruntuhan batu. Dia seperti sebuah struktur bangunan candi. Candi ini berada di lingkungan adat Suku Ranau, salah satu suku yang ada di Provinsi Sumatera Selatan. Suku Ranau adalah salah satu suku Rumpun Seminung Agung, kerabat dekat dengan Suku Komering, Daya, Haji, Kayu Agung, dan Suku Lampung.


Bahkan belum banyak warga setempat yang tahu tentang lokasi persis keberadaan Candi Batu Kebayan. Candi tersebut terletak tak jauh dari Danau Ranau, danau fenomenal yang menjadi aset pariwisata utama Kabupaten OKU Selatan, tepatnya sekitar 500 meter tepi danau. Desa yang paling dekat dari situs candi adalah Desa Jepara, yang berada 200 meter lebih jauh dari Danau Ranau. Untuk bisa sampai di situs tersebut, pengunjung harus menaiki jalur menanjak di perbukitan antara Danau Ranau dan Desa Jepara, namun kini telah memiliki akses jalan yang bagus.

Candi ini terbuat dari sejenis batu kapur, fondasi berdenah empat persegi panjang, panjang 9 meter dan lebar 8 meter. Sedangkan untuk pondasinya terlihat pelipit sisi genta dan padma. Bisa dikatakan candi ini adalah satu-satunya candi yang terbuat dari batu di Sumatera.


Tim arkeolog dari Jambi melakukan penelitian pada batu Candi Batu Kebayan. Mereka berkesimpulan bahwa usia batu candi sudah sangat tua, bahkan seusia dengan bangunan Candi Prambanan dan Candi Borobodur.


Diketahui pada masa Hindu Kuno, Candi Kebayan digunakan penduduk setempat sebagai tempat menghias pengantin, sebelum pengantin tersebut diarak menuju rumah adat di Desa Jepara (Laman Tuha). Meski kini hanya berupa reruntuhan batu, namun bagian-bagian utama dari candi yang tersisa masih terjaga orisinalitasnya. Beberapa potong batu kotak tampak diukir menyerupai peti, dengan lubang berkotak berukuran 5 – 15 cm. Dikatakan Alipson, hasil penelitian tim arkeolog juga mengun1gkap bahwa bangunan Candi Batu Kebayan berbentuk rumah yang tertimbun sedalam 7 meter di dalam tanah. Bagian yang terlihat dair candi tersebut saat ini hanyalah bagian atasnya.


Legenda Candi Batu Kebayan
Sebuah teori asal-usul Candi Batu Kebayan tumbuh di tengah masyarakat Jepara. Meski beraroma legenda, namun teori tersebut cukup menarik karena bersinggungan dengan salah satu legenda lainnya yang ada di Sumsel, yaitu Si pahit Lidah.

Sebagian sejarawan yakin bahwa Si Pahit Lidah yang bernama asli Serunting adalah tokoh yang benar-benar hidup di masa lalu, dan merupakan nenek moyang dari Suku Pasemah yang hingga kini menghuni wilayah Lahat, Pagaralam hingga bagian Barat Bengkulu. Nama Si Pahit Lidah sendiri disematkan pada Serunting, konon karena kesaktiannya yang dapat mengubah siapa pun menjadi batu lewat serapahnya.

Nama Si Pahit Lidah memang turut mewarnai berbagai legenda yang ada di sekitar masyarakat Sumsel, salah satunya Candi Batu Kebayan. Konon di masa lampau, Serunting Sakti yang melakukan perjalanan berkeliling Sumsel tiba di kaki Gunung Seminung, dekat Danau Ranau. Ketika hendak turun dari dari gunung tersebut, ia melihat serombongan masyarakat setempat yang tengah mengarak pengantin wanita. Serunting pun menyapa mereka, namun karena jauhnya jarak antara Serunting dan arak-arakan tersebut, maka tidak ada yang membalas sapaan Serunting. Murka karena merasa tidak dihargai, Serunting Sakti pun dengan marah menyebut mereka mengabaikannya seperti batu. Seketika, rombongan arak-arakan tersebut beserta semua barang bawaannya menjelma menjadi bongkahan batu, yang kemudian dikenal dengan nama Candi Batu Kebayan. Kata Kebayan sendiri berarti pengantin dalam bahasa Ranau.


Meski demikian, belum ada catatan sejarah resmi yang menunjukkan bahwa Serunting Sakti memang pernah mengunjungi lokasi tersebut sebelum Candi Batu Kebayan dibangun, mengingat bahwa usia bangunan candi dan legenda Si Pahit Lidah sendiri sudah sama-sama tua. Kesimpulan sementara dari tim arkeolog yang pernah meneliti Candi Batu Kebayan hanya menyatakan bahwa situs candi tersebut sudah berusia setua Candi Borobudur, dan dulunya digunakan untuk merias pengantin perempuan yang hendak diarak.


Sepertinya belum banyak perhatian yang dikhususkan pada candi ini, padahal candi ini adalah aset bersejarah yang dimiliki oleh Sumsel khususnya OKU Selatan. Padahal candi ini butuh penelitian lebih dalam lagi untuk mengungkap sejarah masyarakat setempat yang sangat penting. Pemugaranpun seharusnya dilakukan agar candi ini terlihat utuh dan baik, dan tentu saja ini akan menjadi salah satu obyek wisata kebanggaan Sumsel khususnya OKU Selatan, mengingat ini adalah satu-satunya candi yang terbuat dari batu di Sumatera.

...
Sumber caption dikutip dari: https://srivijaya.id/2018/10/24/tinggal-reruntuhan-candi-batu-kebayan-diklaim-berusia-sama-dengan-borobudur

 Tonton video tentang Candi Batu Kebayan: d