Minggu, 21 Juni 2020

Burung Rangkong/Enggang dalam Adat Lampung

Burung Rangkong atau Enggang adalah salah satu hewan yang dilindungi karena sudah mulai terancam punah akibat perburuan dan berkurangnya hutan sebagai habitatnya.
Rangkong atau enggang dalam bahasa Lampung disebut Kuk Sengang/Senggekhak/Sang gekhak/jungguk. Di Indonesia kita mengenal suku Dayak yang sangat mengagungkan burung enggang ini. Namun bukan hanya Suku Dayak, bahkan suku Lampung pun mensakralkan burung ini, terlihat dari beberapa sarana adat yang digunakan berupa ukiran atau pahatan berbentuk burung enggang. Habitatnya berada di atas pohon yang besar dan tinggi dianggap luhur dan agung, sehingga pada masyarakat Lampung, rangkong memiliki nilai budaya yang melambangkan keagungan dan kepemimpinan luhur bagi masyarakat suku Lampung. Selain itu dalam budaya Asia Tenggara, Motif burung yang sering dipakai dalam upacara-upacara tradisional, sering dikaitkan dengan siklus hidup, sebagai simbol utama transisi menuju derajat yang lebih tinggi dan baik. Ini sering dianggap mewakili alam atas para dewa dan leluhur yang didewakan.
...
Terdapat 54 jenis burung rangkong di seluruh dunia (Kemp, 1995). Persebaran rangkong meliputi daerah sub-sahara Afrika, India, Asia Tenggara, Papua Nugini dan Kepulauan Solomon. Terdapat 13 jenis burung rangkong yang tersebar luas di Indonesia dan tiga diantaranya merupakan jenis burung endemik.
...
Persebaran rangkong/enggang di Indonesia:
1. Pulau Sumatera 9 jenis,
2. Pulau Kalimantan 8 jenis,
3. Pulau Jawa 3 jenis,
4. Pulau Sulawesi 2 jenis (endemik),
5. Pulau Papua 1 jenis,
6. Pulau Sumba 1 jenis (endemik).
...
Daerah Sumatera dan khususnya Provinsi Lampung terdapat  9 jenis rangkong (lihat gambar) yaitu:
1. Enggang Gading (Buceros vigil)
2. Julang Jambul Hitam (Aceros corrugatus)
3. Julang Emas (Aceros undulatus)
4. Enggang Papan (Buceros bicornis)
5. Rangkong Badak/Cula (Buceros rhinoceros)
6. Enggang Jambul (Aceros comatus)
7. Enggang Klihingan (Anorrhinus galeritus)
8. Kangkareng Perut Putih (Anthracoceros albirostris)
9. Kangkareng Hitam (Anthracoceros malayanus).

Untuk gambar-gambar dari jenis-jenis rangkong di atas bisa dilihat pada postingan akun instagram adat Lampung berikut ini:


Keberadaan enggang/rangkong di Lampung diantaranya:
-Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)
-Taman Nasional Way Kambas (TNWK)
-Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC)
-Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Abdul Rachman
-Pegunungan (Tanggamus, Pesawaran, Betung, Rajabasa)
-Kawasan-kawasan hutan register di Lampung
-Daerah-daerah yang masih berhutan lebat

Berikut ini adalah beberapa benda-benda adat Lampung yang diidentifikasikan berbentuk burung rangkong/enggang:

1.
Kepala Rato/Rata

Gambar di atas adalah gambar Kepala Rato/Rata berasal dari Lampung Pepadun (Khususnya Abung Siwo Mego) dari abad ke-19. Bahan dari kayu & dibuat dengan Teknik pahatan, sebagai benda upacara adat, dimensi 114,0 h x 24,0 w x 45,0 d cm. Keterangannya dibeli pada tahun 1984, dan kini keberadaannya di National Gallery of Australia. Kepala Rato ini berbentuk kepala burung rangkong yang unik. Rato/Rata sediri secara tradisional adalah sebuah kereta kayu yang digunakan sebagai kendaraan pengangkut para bangsawan (dalam hal ini adalah keluarga para Penyimbang Pepadun khususnya persekutuan adat Abung Siwo Mego) ketika upacara-upacara adat dilakukan seperti khitanan, pernikahan, naik tahta dan sebagainya. Dalam budaya Asia Tenggara, Motif burung yang banyak digunakan dalam upacara-upacara adat yang dikaitkan dengan siklus hidup menunjukkan perannya yang penting sebagai simbol utama transisi (siklus daur hidup). Ini sering mewakili alam atas para dewa dan leluhur yang didewakan. burung adalah simbol perubahan yang terkait dengan dunia atas dewa leluhur. Rangkong sering dilihat sebagai pembawa pesan kepada leluhur dan tokoh supernatural lainnya. Kepala rangkong ini, dengan bentuk dan paruh melengkung, dirancang untuk kendaraan seperti itu. Kepala burung enggang besar yang mengesankan ini akan dipasang di bagian depan kereta kendaraan. Permukaannya dihiasi dengan motif kuno, seperti kait dan spiral ganda berbentuk hati. Saat ini Rato/Rata banyak digantikan dengan kendaraan bermesin roda empat yang dihias secara adat dan diletakkan burung garuda/naga/gajah/macan dan hewan lainnya yang dianggap sakral.

2. Balo-Balo


Balo-Balo adalah sebuah patung berbentuk makhluk mitos yaitu makhluk berbadan manusia namun berkepala burung enggang/rangkong (dalam bahasa Lampung disebut burung Kuk Sengang/Senggekhak/Sang gekhak). Makhluk ini dalam keadaan duduk/jongkok dan terdapat dua ekor binatang yang menyerupai entah itu tokek/cicak/iguana/kadal/bunglon? pada bagian tubuh depan makhluk mitos ini, dengan kepala yang satu mengarah ke bawah dan satunya ke atas (lihat slide 4). Ukiran dari balo-balo ini begitu detail dan unik, umumnya terbuat dari kayu atau batu, namun saat ini ada juga yang terbuat dari semen.
...
Patung ini biasanya diletakkan di kiri kanan bagian depan gerbang, samping kiri kanan tangga, atau samping kiri kanan pintu masuk. Tidak hanya sebagai benda estetika saja, balo-balo ini dahulu dipercaya sebagai makhluk mitos yang menjaga sebuah bangunan, seperti rumah adat atau balai adat. Selain balo-balo makhluk rangkong ini, ada jenis patung lain yang biasa diletakkan dekat pintu seperti patung gajah, macan, dan naga.

3. Keris/Punduk/Tekhapang Balo-Balo


Tekhapang/Punduk adalah sebutan untuk keris sebagai salah satu senjata adat masyarakat Lampung. Sedangkan Balo-Balo adalah sebuah patung berbentuk makhluk mitos yaitu makhluk berbadan manusia namun berkepala burung enggang/rangkong. Salah satu jenis keris yang ada di Lampung adalah Tekhapang/punduk balo-balo, yaitu keris yang memiliki hulu/gagang berbentuk balo-balo (makhluk mitos berbentuk enggang/rangkong). Ukiran dari balo-balo ini begitu detail dan unik, hulu/gagang ini umumnya terbuat dari logam, kayu ataupun gading/tanduk binatang. Tidak hanya sebagai benda estetika saja, tekhapang/punduk balo-balo ini adalah sebagai senjata pelindung baik secara fisik maupun spiritual bagi sipemakai/sipembawanya (dalam hal ini rata-rata adalah kaum bangsawan Lampung), mengingat balo-balo kemungkinan dahulu di Lampung dipercaya sebagai makhluk mitos pelindung/penjaga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika ingin bekomentar mengenai artikel Ini, silahkan berkomentar dengan baik dan santun: