Jumat, 27 September 2019

Kebung, Motif Belah Ketupat dan makna filosofi di dalamnya

Motif Belah Ketupat.jpg
Motif Belah Ketupat Khas Lampung Pesisir

lidah tikhai lampung pesisir.jpg
Motif Brlah Ketupat pada Lidah-Lidah Tikhai Lampung Pesisir

Kebung.jpg
Kebung

Kebung adalah sebutan untuk kain khas Lampung Pesisir yang digunakan sebagai dekorasi penutup dinding pada saat upacara adat Lampung, terutama untuk Lampung Saibatin yang berada di wilayah Selatan yaitu Pesisir Semaka, Pesisir Pemanggilan, Pesisir Teluk, dan Pesisir Way Handak yang tersebar di wilayah administratif Kabupaten Tanggamus, Pringsewu, Pesawaran, Bandar Lampung dan Lampung Selatan. Ada banyak ragam kebung dan motifnya, namun yang paling umum adalah Kebung motif belah ketupat. Kebung sendiri kemungkinan berasal dari kata Khebung (bambu muda) yang merujuk pada kain-kain berwarna hitam, Merah, Putih, dan Kuning yang dibentuk pola-pola segi tiga yang umumnya dinamakan pola atau motif pucuk rebung (pucuk bambu muda).
Pola atau motif pucuk rebung sendiri adalah pola atau motif paling umum yang dikenal di nusantara sejak zaman dahulu pola lebar di bagian bawah dan mengerucut ke atas ini salah satunya bermakna hubungan spiritual antara manusia kepada Tuhannya atau Masyarakat kepada pemimpinnya.

dalam masyarakat Lampung Pesisir Bagian Selatan, ada aturan pemakaian kebung yang dilihat dari warna dominan dari kebung tersebut terutama dilihat dari warna lingkar terluar dari kebung, yaitu:

  • Kebung Handak adalah kebung berwarna putih yang khusus dipergunakan oleh kalangan Saibatin (Pemimpin Wilayah) orang-orang yang disebut Saibatin adalah orang-orang yang bergelar (Sultan/Suttan/Suntan, Pengikhan, Dalom, dan Batin).

  • Kebung Kunyekh adalah Kebung berwarna kuning yang khusus dipergunakan untuk kalangan pemimpin suku yang biasanya bergelar Khaja

  • Kebung Suluh adalah Kebung berwarna merah yang dipakai oleh masyarakat selain Saibatin dan Khaja, dari Khadin sampai Khakhayahan.

Kebung Handak Lampun Pesisir.jpg
Kebung Handak (Kebung berwarna putih) khusus untuk Saibatin

Kebung Kuning Lampung Pesisir.jpg
Kebung Kuning Khusus Untuk Orang yang Beradok Khaja (Raja)

Kebung Suluh Lampung Pesisir.jpg Kebung Suluh (Kebung Berwarna Merah) adalah Kebung khusus untuk masyarakat/orang selain Saibatin dan Khaja


Ada beragam motif dalam Kain Kebung, namun yang paling populer adalah Motif Belah Ketupat. Motif Belah ketupat pada kain kebung ini adalah kain Hitam, Merah, Kuning dan Putih digunting menjadi pola segitiga kemudian 4 kain berbeda warna tersebut dijahit menjadi satu membentuk kotak.

Makna-Makna Belah Ketupat:



  1. Belah Ketupat Perlambang Ke-Saibatinan

Dalam Ke-saibatinan terdapat strukturnya dan dalam struktur Ke-Saibatinan harus ada unsur-unsurnya stidaknya ada pemimpin Ke-Saibatinan yang disebut Saibatin, Lalu Pemimpin Suku yang disebut Khaja, lalu adanya Masyarakat yang disebut Khakhayahan, dan Prajurit yang menjaga wilayah Ke-Saibatinan yang disebut Hulubalang atau Penetop Embokh. 4 warna yang terdapat pada motif belah ketupat juga mempunyai  makna salah satunya yaitu 4 unsur ke-Saibatinan atau struktur Ke-Saibatinan, yaitu putih melambangkan Saibatin, kuning melambangkan raja, merah melambangkan masyarakatnya (Khakhayahan), dan hitam melambangkan hulubalang (Penetop Embokh)nya.



  1. Belah Ketupat Perlambang Strata Sosial Masyarakat Lampung

selain itu empat unsur warna yang terdapat pada motif belah ketupat juga melambangkan strata sosial yang berlaku pada masyarakat Lampung pesisir, yaitu putih perlambang Saibatin, kuning peelambang Khaja, merah perlambang bangsawan, dan hitam perlambang masyarakat biasa. Dalam adat Lampung bagian selatan sendiri, keempat warna tersebut mewakili dari strata sosial yang ada pada masyarakat Saibatin tersebut. Warna putih adalah warna milik Saibatin atau orang yang beradok mulai dari Batin, Dalom, Pengikhan, dan Sutan/Suntan, mereka adalah pemimpin tertinggi dalam wilayah Ke-Saibatinannya. Warna Kuning adalah warna milik orang yang beradok Khaja, baik itu Khaja Jukku (Suku Kiri atau Kanan) dan Khaja Dalom (Kerabat Saibatin). Warna Merah adalah warna milik para bangsawan, yaitu orang yang beradok Khadin, Minak, Kimas dan Mas. Sedangkan warna Hitam adalah warma milik Masyarakat biasa atau Khakhayahan. Jika dilihat dari uraian tersebut maka kebung motif belah ketupat ini memiliki arti dan makna dari sebuah Ke-Saibatinan itu sendiri, dimana di dalam sebuah Ke-Saibatinan harus memiliki 4 golongan masyarakat tersebut, artinya tidak akan bisa berdiri sebuah Ke-Saibatinan tanpa adanya 4 unsur masyarakat tersebut.



  1. Belah Ketupat Perlambang Piil Pesenggiri

Makna lain dari belah ketupat adalah lambang dari falsafah hidup masyarakat Lampung yaitu Piil Pesenggikhi. Piil Pesenggikhi adalah aturan hidup masyarakat Lampung untuk mencapai nilai hidup yang tinggi (Harga diri). Dalam Piil Pesenggiri terdapat empat unsur utama aturan hidup yang menjadi ciri orang lampung, ini seperti 4 sudut warna pada motif belah ketupat yang menjadi satu kesatuan. Empat unsur Piil Pesenggiri tersebut yaitu :



  • Bejuluk-Buadok artinya masyarakat Lampung harus memiliki Juluk-Adok yang memiliki tugas dan fungsinya masing-masing dalam Ke-Saibatinannya,

  • Nemui-Nyimah atau berkunjung-mengunjungi yang secara umum diartiikan sebagai sikap keterbukaan masyarakat Lampung kepada semua orang, mengikat Silaturahmi tanpa memandang golongan, dan menerima serta memperlakukan dengan baik sesiapapun yang datang dengan niat yang baik.

  •  Nengah-Nyampur atau baur-membaur yang berarti masyarakat Lampung yang memiliki jiwa sosial yang tinggi, toleran dan suka bergaul di dalam masyarakat tanpa memandang golongan.

  • Sakai-Sambaian atau bergotong-royong yang berarti sikap tolong-menolong dan bantu-membantu dalam kehidupan masyarakatnya.
    Unsur-unsur Piil Pesenggikhi tersebut tercermin dalam motif belah ketupat, dalam 4 unsur warna tersebut melambangkan strata Adok dalam Masyarakat Saibatin, 4 unsur warna dalam kain tersebut dijahit menjadi satu kesatuan yang menandakan sikap keterbukaan, membaur, dan gotong royong antar sesama dari semua golongan yang ada tanpa terkecuali mulai dari rakyat biasa sampai Saibatinnya seperti yg terkandung dalam Nemui-Nyimah, Nengah-Nyampur, dan Sakai-Sambaian.

4. Belah Ketupat Perlambang Dewa Siwa
Sebagai salah satu yang diindikasikan sebagai peninggalan era Hindu-Budha di Lampung, belah ketupat juga diindikasikan sebagai perlambang Dewa Siwa. Dalam agama Hindu, khususnya Jawa-Bali, mengenal unsur warna sebagai perlambang dewa-dewa yang disebut Dewata Nawa Sanga, dan dari 9 warna, ada satu warna yang disebut warna brumbun yaitu gabungan antara warna hitam, merah, putih dan kuning, warna ini adalah unsur warna utama yang melambangkan Dewa Siwa. Dalam tabel Dewata Nawa Sanga, warna di bagian atas adalah hitam, kemudian bawah berwarna merah, kiri berwarna kuning dan kanan berwarna putih. Meskipun dalam motif belah ketupat kini posisi warna tidak pakem, namun umunya warna hitam akan selalu berhadapan dengan merah, dan kuning berhadapan dengan putih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika ingin bekomentar mengenai artikel Ini, silahkan berkomentar dengan baik dan santun: