Senin, 30 September 2019

Tradisi Pangan dalam Adat Lampung

adat_lampung_69492999_130861151535475_3807485774800502538_n

Pangan adalah nama sebuah tradisi yang ada pada masyarakat Lampung, yaitu tradisi makan bersama-sama (Mengan Jejama). Tradisi pangan biasanya ada pada setiap puncak acara upacara adat lampung, mulai dari pesta adat, syukuran, dan lainnya. Semua yang turut andil dalam upacara adat tersebut akan mengikuti acara pangan, baik pria, wanita yang bebantu dan juga para tamu undangan yang
hadir.
...
Hidangan dalam pangan biasanya adalah nasi, lauk pauk biasanya Ayam/Ikan/Daging yang biasanya digoreng/dipanggang/direndang/digulai/sop, olahan sayuran biasanya ditumis atau digulai taboh (gulai santan), gulai yang tidak tinggal dalam adat Lampung Pesisir biasanya adalah gulai kabing (gulai santan umbut kelapa), lalapan biasanya ada dua macam ada lalap mentah (lalap matah) dan lalapan rebus (pajakan), sambal biasanya adalah Sambal terasi dengan rampai (sambol dilan khampai), dan air minum ada air putih/kopi/teh, terkadang juga ada hidangan lain seperti kue-kue dan buah-buahan seperti pisang.
...
Jika semua makanan-makanan di atas sudah siap, maka tahapan-tahapan Pangan selanjutnya yaitu:
...
1. Ngehidang/ngehantakh: yaitu menghidangkan semua makanan-makanan tersebut menggunakan piring-piring, mangkok2, gelas, teko dll yang disusun rapi dengan 2 pilihan cara menghidangkan yaitu dengan cara butanjakh atau dengan cara pelambakhan.
-Butanjakh adalah tradisi pangan yang caranya menghidangkannya memanjang dengan hidangan dialasi dengan Bantaian (lembaran kain panjang). Orang-orang akan duduk baris berbanjar memanjang berhadapan menghadap ke hidangan/hantakhan.

-Pelambakhan adalah tradisi pangan yang dilakukan dengan cara hidangan/hantakhan berkelompok-kelompok, biasanya dialasi dengan kain persegi empat. Orang-orang akan duduk membuat kelompok-kelompok dengan jumlah tertentu melingkari hidangan/hantakhan tersebut.

Di daerah Lampung Pesisir biasanya SaiBatin, Khaja beserta para istrinya dan pengantin akan makan dengan hidangan yang dihidangkan di atas talam berkaki, menggunakan alas kain (kain nampan/talam) dan kain tudung saji (tuala) di daerah Pesisir Semaka dan Pesisir Pemanggilan, warna kain disesuaikan dengan adoknya, warna putih untuk Saibatin dan Kuning untuk Khaja.

Mengan Jejama, setelah tahap ngehidang/ngehantakh selesai dan semuanya sudah siap maka tahap selanjutnya yaitu tahap makan bersama-sama (mengan jejama). Dalam tradisi pangan biasanya tidak dicampur antara laki-laki dengan perempuan, maka biasanya akan didahulukan pihak laki-laki terlebih dahulu (Pangan Bakas) baru setelahnya pihak wanita (Pangan Bebai).
...
3. Bukekos adalah tradisi beres-beres yang dilakukan setelah acara makan-makan selesai, semua perkakas pangan akan dibawa ke dapur untuk dibersihkan.
...
4. Buasakh-asakhan/Bebasuhan adalah membersihkan atau mencuci semua perkakas kotor yang digunakan seletah makan-makan.

Pangan merupakan simbol kebersamaan masyarakat Lampung terutama dalam pengamal falsafah Nengah-Nyampur (berpartisipasi dan berbaur) dan Sakai-Sambaian (bergotong royong dan kebersamaan). Semua makanan dimakan berbagi bersama-sama. Semua warga yang hadir harus mengikuti tradisi pangan, dan sebagai ucapan terima kasih tuan rumah terhadap semua yang hadir dalam upacara adat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika ingin bekomentar mengenai artikel Ini, silahkan berkomentar dengan baik dan santun: